Jika hati ingin bicara
Perlukah lisan mengikuti?
Jika pikiran ingin bicara
Perlukan lisan mengucap?
Jika mata ingin bicara
Perlukah lisan menganga?
Jika hati ingin bicara
Perlukah lisan mengikuti?
Jika pikiran ingin bicara
Perlukan lisan mengucap?
Jika mata ingin bicara
Perlukah lisan menganga?
Tunggu!
Hendaklah kau kemari, membantu mengais rejeki
Hingga sinar mentari tak ubahnya seperti daki
Yang perlu diurap ketika malam tiba
Lumutkan kerak di hatimu
Biarkan larut dan melembut lebur dalam uap
Biarkan menyebar ke ceruk nadi terpendam dan lihat!
Nestapa yang tak tentu arah
Langgeng merasuk pada tiap kelana
Tinggi bulan tak hirau kapan kau pulang
Hingga merah mata menjadi lebam
Pergi saja kau sebelum petang
Karena hari ini sudah temaram
Semesta yang berpusat pada manusia
Makhluk adaptif luar biasa
Dan luar binasa
Bersama bertasbih pada namamu
Tuhan dan tuhan
Manakah yang kamu dustakan?
Sebagian yang manusia
Sebagian yang neraka
Sebagian yang surga
Kontradiktif
Hingga tiba
Saat tuhan pergi ke langit ke tujuh
Di depan singgasana
Melantunkan bait-bait nyanyian langit
Terpantul pada semesta
Rekonstruksi karma adalah dunia
Ayo, pergi melaut!
Siapa hendak turut?
Panas terik, hujan badai tak jadi halangan
Puting beliung, tinggi gelombang tak jadi rintangan
Karena kita anak-anak lautan
Tak kenal takut
Tak kenal karam
Hanya dayung maju
Serta doa supaya angin memberi sedikit sentuhannya
Kau bertanya
Beri aku satu alasan untuk mencinta
Tidak kataku
Sudah cukup hanya dirimu dan diriku
Genggaman tangan di sore hari
Langkah kaki kita bersama
Tawa lepas oleh canda
Kata-kata cerdas nan jenaka
Sorot mata yang lembut
Senyum yang malu-malu
Apalah arti semua itu
Hanya wujud akhir dari rasa
Yang kita bagi bersama
Hari ini
Aku menggambar, kau berpuisi
Aku menari, kau menabuh genderang
Kita sama-sama bercinta, hanya beda rasa
Beda makna, beda cerita
Seperti pelangi,
Kau bergelimang cahaya, aku menggerus asa
Cita membawa cipta pada malam-malam tanpa rembulan
Tanya membawa karsa pada hari-hari terik tanpa rintik hujan
Hari ini
Kita serupa, hanya manusia
Casanova kehidupan yang mengisi tiap relung kehampaan
Dengan perayaan dan pentas tanpa ujung
Dengan mimpi, emosi, dan ambisi bak air bah
Dengan dialog antara malaikat dan iblis, katanya
Nyatanya kita manusia
Dengan hubungan mutualisme dengan malaikat
Yang sama baiknya dengan bertata krama dengan iblis
Romansa tanpa akhir!
Nafas yang memburu
Kelebat makna imaji
Deru erang keesaan
Rasa menguap menyeruak
Padu dalam hikmat senyap
Aku tidak mati
Hari ini aku menolak untuk mati
Hari ini aku menolak menunduk
Hari ini aku menolak menoleh
Aku tidak hidup
Hari ini aku sungguh berkuasa
Hari ini aku sungguh mendongak
Hari ini aku sungguh menatap ke depan
Aku masih separuh
Hari ini aku ingin berdiri
Hari ini aku ingin menatap cakrawala
Hari ini aku ingin kenihilan
Aku utuh
Hari ini adalah aku
Hari ini adalah kini
Hari ini adalah …
Aku bertanya pada sang penunjuk waktu
Tentang masa Dia berjalan diantara manusia
Tentang masa Dia berbicara seperti manusia
Tak sanggup aku mendengarnya
Roda waktu akan terus bergulir,
Berputar pada pusatnya
Tapi apa inti sebuah masa
Waktu yang tak bergerak
Aksi yang tak terulang
Imaji yang abadi
Cerita yang tak mungkin dipahami
Membuat jantungku berdegup kencang
Menyesakkan
Memabukkan
Membuatku gila
Kataku katamu katanya kata mereka
Kata kalimat paragraf
Kata itu kuat
Katanya karena kata adalah senjata
Kata itu lemah
Katanya aksi lebih nyaring dari omongan
Kata itu percaya
Katanya sugesti bermula dari kata, kata, kata, kata, kata, …
Kata itu pujaan
Katanya ada teknologi komunikasi tercanggih bernama doa
Spesialis koneksi manusia dengan Tuhan
Kata itu makna
Katanya tiap kata itu bermakna banyak sekali
Karena itu Chomsky dikenal sebagai bapak semantik
Kata itu masa depan
Katanya sugesti banyak makna, maksud, tujuan
Karena doa berinti kata-kata, pilihan atau bukan
Syukur-syukur kalau apa yang dikatakan bisa dijadikan, diaksikan
Biar benar kata orang